Langit yang Menyaksikan Pembalasan Kabut dupa mengepul di antara paviliun-paviliun tua Istana Musim Gugur. Mei Hua, atau yang kini dikenal...

Cerpen Seru: Langit Yang Menyaksikan Pembalasan Cerpen Seru: Langit Yang Menyaksikan Pembalasan

Cerpen Seru: Langit Yang Menyaksikan Pembalasan

Cerpen Seru: Langit Yang Menyaksikan Pembalasan

Langit yang Menyaksikan Pembalasan

Kabut dupa mengepul di antara paviliun-paviliun tua Istana Musim Gugur. Mei Hua, atau yang kini dikenal sebagai Lin Yue, merasakan getaran aneh setiap kali melangkah melewati taman lotus yang mengering. Usianya baru delapan belas tahun, namun matanya menyimpan kesedihan yang tak mungkin dimiliki gadis seusianya. Mimpi-mimpi aneh terus menghantuinya: pedang berlumuran darah, wajah yang dikenalnya namun tak mampu diingat namanya, dan pengkhianatan yang menusuk hingga ke tulang.

Lin Yue tahu, jauh di lubuk hatinya, bahwa ia pernah hidup sebelumnya. Dan kehidupan itu berakhir dengan tragis.

Ia seorang pelukis istana yang jenius di masa Dinasti Song, Mei Hua. Karya-karyanya memukau Kaisar, hingga membuatnya dipercaya untuk melukis potret RAHASIA sang selir kesayangan, Lian. Kecantikan Lian, yang tersimpan dalam lukisan Mei Hua, ternyata membangkitkan nafsu gelap Pangeran Rui, saudara Kaisar. Pangeran Rui, yang haus kekuasaan, menjebak Mei Hua atas tuduhan palsu, hanya agar ia bisa menyingkirkan Kaisar dan merebut Lian. Mei Hua dieksekusi di tengah malam, sementara Lian, ketakutan, memilih diam.

Kepingan-kepingan ingatan itu muncul perlahan, seperti pecahan kaca yang berhamburan. Lin Yue bekerja sebagai dayang di istana, melayani Permaisuri yang ramah namun menyimpan misteri. Ia sering mendengar bisikan tentang Pangeran Rui, yang kini bergelar Kaisar, dan Selir Lian, yang kini menjadi Permaisuri Agung.

Setiap kali melihat Kaisar, Lin Yue merasakan BENCI membara. Ia tahu, di balik senyumnya yang menawan, tersembunyi jiwa yang busuk. Dan setiap kali ia melihat Permaisuri Agung, ia merasakan campuran amarah dan kasihan. Lian, yang dulunya berani, kini hanyalah bayangan dari dirinya sendiri, terpenjara dalam istana emas.

Kesempatan Lin Yue untuk membalas dendam datang saat Kaisar memerintahkan potret dirinya dilukis. Ia memilih Lin Yue, terpesona oleh bakatnya yang luar biasa, tanpa menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan reinkarnasi wanita yang pernah ia hancurkan.

Dengan hati-hati, Lin Yue menyisipkan kode tersembunyi dalam lukisan Kaisar. Bukan kutukan sihir, bukan tulisan rahasia, melainkan sesuatu yang jauh lebih halus. Ia melukis mata Kaisar sedikit lebih tajam, senyumnya sedikit lebih dingin, memberikan kesan bahwa ia adalah sosok yang tidak bisa dipercaya. Lukisan itu memancarkan aura kekejaman.

Saat lukisan itu dipajang di aula besar istana, para pejabat mulai berbisik. Mereka melihat aura Kaisar, yang selama ini tersembunyi di balik fasad kekuasaan, kini terungkap dengan jelas. Kepercayaan rakyat padanya mulai goyah. Benih keraguan telah ditanam.

Pada suatu malam, Permaisuri Agung mendatangi Lin Yue. Matanya berkaca-kaca. "Kamu tahu, bukan? Kamu tahu siapa kamu," bisiknya.

Lin Yue menatapnya dengan tenang. "Saya hanyalah seorang pelukis, Yang Mulia."

Lian terisak. "Maafkan aku. Aku tidak punya pilihan."

Lin Yue tersenyum tipis. "Pilihan selalu ada, Yang Mulia. Hanya saja, beberapa pilihan lebih sulit dari yang lain."

Lin Yue kemudian mengajukan permohonan untuk mengundurkan diri dari istana. Ia ingin hidup tenang, jauh dari intrik dan dendam. Kaisar, yang reputasinya telah tercoreng, mengizinkannya pergi.

Lin Yue meninggalkan istana dengan TENANG. Ia tahu, dengan merusak reputasi Kaisar, ia telah menanam benih kehancuran yang tak terhindarkan. Pembalasannya telah terwujud, bukan dalam darah dan kematian, melainkan dalam keputusan yang mengubah takdir seluruh kerajaan.

Seribu tahun lagi, ketika bunga Mei Hua mekar kembali, kita akan bertemu lagi.

You Might Also Like: Kekurangan Face Wash Lokal Tanpa Bahan

0 Comments: