Udara Kota Terlarang terasa dingin menusuk tulang, tak peduli musim semi yang sedang bersemi. Di taman kekaisaran, dua siluet berdiri berha...

Wajib Baca! Langit Yang Membuka Bab Baru Wajib Baca! Langit Yang Membuka Bab Baru

Wajib Baca! Langit Yang Membuka Bab Baru

Wajib Baca! Langit Yang Membuka Bab Baru

Udara Kota Terlarang terasa dingin menusuk tulang, tak peduli musim semi yang sedang bersemi. Di taman kekaisaran, dua siluet berdiri berhadapan. Yun Xi, Pangeran Mahkota yang anggun dengan senyum setenang danau, dan Lian, pengawalnya yang setia, matanya setajam elang. Mereka tumbuh bersama, berbagi rahasia di bawah bintang-bintang, terikat janji persaudaraan yang tak terucapkan. Namun, di balik fasad itu, tersembunyi jurang yang dalam.

"Lian," bisik Yun Xi, suaranya bagai desiran angin, "kau selalu tahu yang terbaik untukku, bukan?"

Lian menunduk, menyembunyikan amarah yang membara di dadanya. "Sebagai pengawal Yang Mulia, sudah menjadi tugasku."

Percakapan mereka selalu seperti ini, permainan catur yang mematikan. Setiap kata adalah bidak yang digerakkan dengan hati-hati, menyembunyikan niat yang sebenarnya. Rahasia membusuk di antara mereka, rahasia yang dulu mengikat mereka, kini mengancam untuk menghancurkan segalanya.

Beberapa tahun lalu, saat Yun Xi masih seorang pangeran muda yang rapuh, Lian menemukan kebenaran mengerikan tentang kematian ibunda Yun Xi. Racun. Konspirasi. Pengkhianatan. Lian bersumpah untuk melindungi Yun Xi, bahkan jika itu berarti mengotori tangannya sendiri.

Namun, perlahan, Lian menyadari bahwa Yun Xi berbeda. Kekuasaan telah mengubahnya, membuatnya dingin dan perhitungan. Janji-janji persaudaraan dilupakan di altar ambisi.

"Kudengar Kaisar semakin lemah," Lian melanjutkan, matanya mengamati reaksi Yun Xi.

Yun Xi terkekeh kecil, tawa tanpa kehangatan. "Kesehatan ayahanda memang menurun. Wajar, bukan? Beliau sudah tua."

Itulah saat Lian menyadari. Yun Xi tahu. Yun Xi TAHU tentang kematian ibunya dan memilih untuk diam, bahkan mungkin... terlibat.

Malam itu, di tengah badai petir yang mengamuk, Lian menghadapi Yun Xi di paviliun terpencil. Hujan menderu seperti tangisan dewa, menyaksikan drama yang akan segera terungkap.

"Mengapa, Yun Xi? Mengapa kau mengkhianati ibumu? Mengkhianati kita?" suara Lian bergetar, menahan emosi yang siap meledak.

Yun Xi berbalik, wajahnya diterangi kilat. "Pengkhianatan? Kau yang mengkhianatiku, Lian! Kau tahu terlalu banyak! Rahasia adalah beban yang tidak bisa kubawa."

Pedang terhunus, bersinar mematikan di bawah cahaya petir. Pertarungan dimulai, tarian kematian yang diiringi amukan badai. Dua orang yang dulu bersaudara, kini saling mengincar nyawa.

"Kau tahu, Lian," desis Yun Xi di tengah pertarungan, pedangnya menari-nari di udara, "ibuku adalah penghalang. Ayahku mencintai wanita lain. Aku hanya memastikan masa depanku."

Kebencian Lian memuncak. Ibunda Yun Xi, wanita yang selalu memperlakukannya seperti anak sendiri, telah dikorbankan demi ambisi kekuasaan.

Akhirnya, Lian berhasil. Pedangnya menembus dada Yun Xi. Pangeran Mahkota itu jatuh berlutut, darah merembes membasahi jubahnya.

"Kau... kau tidak akan pernah menjadi Kaisar," bisik Lian, matanya dipenuhi kesedihan dan penyesalan.

Yun Xi tertawa lemah, darah mengalir dari mulutnya. "Kau... kau salah, Lian. Aku... sudah... menjadi... raja..."

Lian terdiam, meratapi takdir tragis yang telah menimpa mereka berdua. Dia telah membunuh sahabatnya, saudaranya, demi keadilan yang terasa pahit di lidah.

Saat fajar menyingsing, Lian berdiri di samping jasad Yun Xi, bayangannya memanjang di atas tanah yang basah. Semua kebenaran telah terungkap, dan balas dendam telah ditunaikan. Tapi di hatinya, hanya ada kehampaan yang abadi.

"Maafkan aku, Yun Xi, karena tidak bisa membawamu kembali ke jalan yang benar…"

You Might Also Like: 0895403292432 Peluang Bisnis Kosmetik

0 Comments: