Kota Jakarta berdengung. Hujan sore membasahi aspal, menciptakan genangan yang memantulkan neon warna-warni. Aroma kopi robusta menyeruak dari kafe favorit Anya, tempat di mana notifikasi ponselnya berdenting tanpa ampun, memecah lamunannya tentang Kai. Kai dari Grup Teknologi Senja, pewaris dinasti digital yang gemerlap. Anya, sebaliknya, hanya anak magang di Biro Arsitektur Purnama, dinasti kertas dan tinta yang perlahan memudar.
Cinta mereka, lahir di antara pertemuan rahasia dan sisa chat yang tak terkirim, terasa seperti ilusi. Kenangan tentang Kai bagaikan mimpi yang kabur, namun menyakitkan. Jemarinya masih hafal lekukan senyumnya, aroma parfumnya yang samar-samar tercium seperti hantu, setiap kali ia melintas di lobi kantor Senja.
Hilang. Kata itu menggantung di udara seperti kabut. Hilang tanpa jejak. Pesan terakhirnya, hanya tanda centang biru yang tak pernah dibalas. Misteri ini menyelimuti Anya, membungkusnya dalam perasaan kehilangan yang amat sangat.
"Dia pasti punya alasan," bisik Rina, sahabatnya, suatu sore. "Kai bukan tipe orang yang meninggalkan tanpa penjelasan."
Anya menggeleng. Ia tahu ada sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang kelam.
Pencarian Anya membawanya ke dinding es rahasia di balik gemerlap Grup Teknologi Senja. Bisnis kotor, skandal keluarga, dan persaingan yang sengit. Ternyata, hubungan mereka adalah bidak dalam permainan kekuasaan antara dua dinasti. Rahasia itu, bagai bom waktu, akhirnya MELEDAK.
Kai, ternyata, dijodohkan. Pernikahan bisnis yang akan menyatukan Senja dan Garuda Fintech, saingan abadi Purnama. Anya hanyalah pengalih perhatian, SEMENTARA.
Hatinya hancur berkeping-keping. Namun, di tengah kehancuran itu, muncul sebuah keputusan. Anya tidak akan membiarkan dirinya menjadi korban. Ia akan membalas. Bukan dengan teriakan dan amarah, melainkan dengan keanggunan dan perhitungan.
Malam puncak pernikahan Kai. Anya hadir, mengenakan gaun hitam sederhana yang menutupi kekuatannya yang tersembunyi. Ia menyelinap ke VIP room, tempat Kai bersembunyi sebelum upacara.
Kai terkejut melihatnya. "Anya... apa yang kau lakukan di sini?"
Anya tersenyum lirih. Ia mengeluarkan ponselnya, menunjukkan sebuah video. Rekaman percakapan rahasia antara Kai dan ayahnya, yang mengungkapkan kebenaran tentang manipulasi dan pengkhianatan.
"Aku hanya ingin kau tahu, Kai. Aku tahu segalanya," bisik Anya.
Kai memucat. Dunia seakan runtuh di sekelilingnya.
Anya mendekat, menyentuh pipi Kai untuk terakhir kalinya. Sentuhan yang dulu hangat, kini terasa dingin dan hampa.
"Selamat menikah," ucap Anya, sebelum berbalik dan berjalan pergi.
Di layar ponsel Kai, sebuah pesan singkat muncul: "Selamat tinggal, Kai. Aku harap kau bahagia."
Anya menghilang ke kerumunan, meninggalkan Kai dengan masa depannya yang hancur berantakan. Ia tidak akan pernah melupakan aroma kopi dan hujan kota yang telah mengantarnya pada kebenaran pahit ini.
Jakarta masih berdengung. Hujan mulai mereda, meninggalkan genangan yang memantulkan bintang-bintang di langit. Anya, berdiri di bawah lampu jalan, tersenyum tipis. Senyum terakhir. Keputusan yang menutup segalanya tanpa kata.
Semuanya telah berakhir, bukan?
You Might Also Like: Agen Skincare Penghasilan Tambahan Kota
0 Comments: