Aula Kemilau Emas Istana Kaisar Agung terhampar luas, memantulkan cahaya lilin yang berkedip-kedip. Setiap langkah di lantai marmer dingin itu bergema, menggemakan intrik dan RAHASIA yang tersembunyi di balik dinding-dinding megah ini. Para pejabat istana, berjubah sutra mewah, saling bertukar pandang. Tatapan mereka tajam, menusuk, seolah mampu membaca setiap pikiran dan niat tersembunyi. Di balik tirai sutra yang berayun lembut, bisikan pengkhianatan berdesir seperti angin malam yang dingin.
Di tengah kemewahan yang mencekam ini, muncul sosok aneh: Mei Lan, seorang wanita desa yang sederhana. Rambutnya dikepang rapi, pakaiannya sederhana, dan senyumnya polos. Ia datang ke istana bukan dengan kereta kuda berhias emas, melainkan dengan... sepeda tua yang berderit-derit.
Kehadirannya membuat gempar. Bagaimana mungkin seorang wanita desa yang tidak memiliki garis keturunan bangsawan bisa berada di sini? Kecurigaan merebak seperti wabah. Namun, Kaisar Zhao – seorang pria berwajah dingin dengan mata setajam elang – tampaknya terpikat.
Zhao adalah penguasa yang kejam dan cerdas. Ia tahu setiap sudut dan celah istananya, setiap rencana dan konspirasi yang dilancarkan untuk menjatuhkannya. Ia melihat sesuatu yang berbeda dalam diri Mei Lan. Sesuatu yang murni, yang langka ditemukan di istana yang penuh tipu daya ini.
"Siapa kau?" tanya Kaisar Zhao, suaranya sedingin es.
"Saya... saya Mei Lan, Yang Mulia," jawabnya gugup. "Saya datang untuk... mengobati luka Anda."
Mei Lan ternyata adalah seorang tabib desa dengan pengetahuan tentang ramuan herbal yang tak tertandingi. Ia diundang ke istana untuk mengobati penyakit misterius yang diderita Kaisar.
Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka berkembang. Mei Lan, dengan kesederhanaan dan kejujurannya, mencairkan hati Zhao yang membeku. Zhao, dengan kekuasaan dan karismanya, membuat jantung Mei Lan berpacu lebih cepat. Cinta mereka tumbuh di tengah intrik dan kekuasaan, menjadi permainan takhta yang berbahaya. Setiap janji bisa menjadi pedang, setiap senyuman bisa menyembunyikan racun.
Zhao menawarinya kekuasaan, tahta, seluruh kerajaannya. Mei Lan menolaknya. Ia hanya menginginkan cintanya, cinta yang tulus, bukan cinta yang ternoda oleh ambisi dan politik.
Namun, cinta mereka tidak luput dari perhatian Ratu Lian, permaisuri yang licik dan haus kekuasaan. Lian telah merencanakan segalanya untuk memastikan anaknya naik tahta. Kehadiran Mei Lan adalah ancaman yang harus dihilangkan.
Ratu Lian melancarkan serangkaian konspirasi untuk menjatuhkan Mei Lan. Ia menyebarkan fitnah, menjebak Mei Lan dalam pengkhianatan, dan bahkan mencoba meracuninya. Namun, Mei Lan bukan wanita yang lemah. Ia memiliki kecerdasan dan keteguhan hati yang selama ini tersembunyi.
Pada malam bulan purnama, Ratu Lian melancarkan serangan terakhirnya. Ia memerintahkan pengawal istana untuk menangkap Mei Lan dan menghukumnya di depan umum. Namun, Mei Lan telah menduganya. Ia telah menyiapkan rencana balas dendam yang elegan, dingin, tapi MEMATIKAN.
Saat para pengawal istana menyeretnya ke tengah halaman istana, Mei Lan tersenyum. Senyum yang menakutkan. Ia mengungkapkan bukti tak terbantahkan tentang pengkhianatan Ratu Lian, tentang rencananya untuk membunuh Kaisar dan merebut tahta.
Aula Kemilau Emas menjadi hening. Kaisar Zhao terkejut. Ia tidak percaya wanita yang dicintainya telah mengkhianatinya. Namun, bukti yang disajikan Mei Lan terlalu kuat untuk diabaikan.
Dengan suara bergetar, Kaisar Zhao memerintahkan penangkapan Ratu Lian. Lian menjerit, meronta-ronta, namun percuma. Kekuasaannya telah runtuh.
Mei Lan mendekati Kaisar Zhao. Matanya dingin, tanpa setitik pun cinta. "Kau telah dibutakan oleh kekuasaan, Yang Mulia. Kau telah mengkhianati cintaku, dan sekarang... kau akan merasakan akibatnya."
Mei Lan mengangkat tangannya, memperlihatkan ramuan beracun yang mematikan. Ia telah mencampurkannya ke dalam teh yang biasa diminum Kaisar.
Kaisar Zhao terhuyung. Ia menatap Mei Lan dengan tatapan tidak percaya. Ia baru menyadari betapa dalamnya cinta Mei Lan padanya, dan betapa besar rasa sakit yang telah ia timbulkan.
Mei Lan menjatuhkan racun itu dan berbalik. Ia meninggalkan Aula Kemilau Emas, meninggalkan Kaisar Zhao terbaring di lantai, dan meninggalkan istana yang penuh intrik dan rahasia. Ia menaiki sepeda tuanya dan menghilang ke dalam kegelapan malam.
Dan di Aula Kemilau Emas yang sunyi senyap, bisikan mulai beredar... Kaisar Zhao tidak mati.
You Might Also Like: 10 Manfaat Sunscreen Lokal Dengan
0 Comments: